Angel, sang malaikat tanpa sayap


Lihatlah angel sang arti dari malaikat,
Malaikat yang tersenyum
seperti matahari pagi muncul dari kegelapan malam.
Melepaskan kesunyian malam dan menggantikannya dengan kehangatan pagi.
Memeluk tubuh yang kedinginan Menggantikannya dalam kehangatan senyum yang penuh warna

Arti malaikat dalam dirimu adalah penolong
Malaikat itu menjadikan kau tetap utuh dengan senyummu
Walau hatimu tinggal separuh
Aku yakin dirimu tegar
Seperti langit selalu indah walaupun kadang warnanya selalu berubah oleh cuaca dan pergantian hari.

Arti malaikat dalam dirimu adalah kesejukan
Karna hanya dirimu yang dapat hanyut dalam kesendirian
Saat hujan air mata turun
Engkau merasakan sakit dalam ulu hatimu
Tapi jauh dilubuk sanubarimu kau akan menemukan kedamaian dalam kesejukan, karna air mata itulah yang menghapus segalanya
Walau aku tahu hatimu hancur tak berbentuk
Aku paham mengenai itu semua
Sepaham diriku mengenaimu dalam kepedihan
Seperti ketika kita terjatuh pada lumpur yang pekat
Yakinkan dirimu apa yang terjadi baik adanya
Sekalipun tak akan pernah tahu makna akan semuanya

Arti malaikat dalam dirimu adalah pelindung
Seperti seorang sahabat yang tanpa banyak bicara, ia selalu menemanimu
Aku yakin bahwa suatu saat akan ada hari menantimu…
Menanti dirimu menggapai kebahagiaan
Memaknai semua dengan penuh suka cita

Sang malaikat ku kini adalah yang terbaring terbujur kaku dalam pembaringannya

Untuk “ai” Sang Bocah Kecil


mtf_elaEe_908

Sore itu aq berjalan di lorong tikus
Jalan setapak yang hanya muat untuk satu orang

‘ai’ duduk di ujung tangga sambil memegang bukunya
Di belakangnya duduk seorang bayi perempuan cantik
Ia tersenyum melihatku,
‘ka’ ia memanggilku.
“Sedang apa disini?…” pertanyaan ku.
‘ai’ tersenyum.
“Gak ikut belajar?..” tanyaku
“Gak..!” Jawab ai singkat.
“ikut aja yuk?!..” ajakku.
“Gak, ka jaga adik” Jawab ai.
“Adiknya bawa aja, di tempat belajar kan banyak orang. jadi adiknya bisa ikut belajar” bujuk ku.
“Gak akh ka” jawab singkat ai.
“Kenapa?!..” aku bertanya dengan heran.
‘ai’ hanya tertunduk tanpa melihat ke arahku.
“Gak boleh sama bapak?!..” aku membuat pernyataan singkat.
‘ai’ mengangguk.

Mmmm… aku menghela nafas, berharap ini hanya sementara ai tidak ikut belajar bersamaku..

“Tapi ai masih mau belajar?!…” tanyaku kembali.
kepala ai yang selalu menunduk, tiba-tiba terangkat. ia melihatku dengan sorotan mata penuh pengharapan.
“Tuhan aku sadar ia berharap banyak padaku. berharap ia ditolong dalam kesulitannya” kataku dalam hati.

“Ia ka” jawab ai singkat.

Catatan Di Ujung Rindu


Saat ini ketika engkau batasi aq untuk bicara,
Aq akan berhenti untuk bicara
Disaat itu pula aq akan mulai memahami
Bahwa aq tak punya harapan untuk membatasi seluruh pertanyaanku
Bukan karena mulutku terkunci
Tapi aq mulai lelah bertanya

Bila sebuah catatan aq mulai
Disitulah tempat aq memulai pertanyaan
Dan bila kertasku habis
Disitulah akan aq tulis the end
Mengenai akhirnya hanya kamu yang bisa menentukan

Untukmu..

Sebuah catatan lama

Kisah Kertas dan Pena


Ini Kisah mereka, kertas dan pena yang terlupakan…

Buku ku telah penuh dengan tumpukan kertas
Kertas itu dulu putih, tapi pena yang mewarnainya
Tangan ku pun dulu bergerak dengan bebas
Menuliskan isi hatiku…
Dikala hati tak lagi selaras, maka tanganku beralih
Kertas aku gantikan dengan layar monitor
Dan pena aku gantikan dengan keyboard
Aku tak berharap kertas dan penaku marah
Karena mereka sudah lama terlupakan

Kertas, jangan menangis karena aku masih ingin bersamamu
Menuliskan isi hati yang terendam d ikala aku lara dan bahagia

Pena, Jangan memarahiku karena kau aku abaikan
Aku masih butuh agar tanganku tetap bersahabat dengan hatiku

Sekarang aku sedang lara, tapi yang aku ingat hanya engkau
— Kertas dan Pena —
Suatu hari aku akan merngurai ceritaku diatas tubuh putihmu, dan
Suatu hari aku akan merangkai cerita dengan guratan tintamu
Suatu hari ketika aku mulai lemah dengan tanganku…
Suatu hari ketika aku mulai ak bisa menggerakkan hatiku
Maka…
Suatu hari engkau yang jadi tumpuan ceritaku

Sabtu Malam


Ketika semua orang bilang meraka adalah sampah masyarakat

Semua orang itu pun, tak sadar kalau mereka adalah berlian yang terkubur dalam tujuh  lapis tanah dan tujuh lapis langit

Ketahuilah mereka akan bersinar suatu saat nanti…


Jam tiga sore lewat lima menit aku bergegas meninggalkan kampus untuk menepati janji bertemu dengan tiga orang anak kecil disalah satu perempatan lampu merah. Jam tiga lewat dua puluh menit aku sampai di perempatan itu. Aku berdiri dengan cemas, berusaha bertanya kesekeliling apa mereka sudah datang. Ukh.. malang nasib aku hari ini hampir 30 menit sendirian menunggu di persimpangan lampu merah, berharap mereka cepat datang. Rasa malu ini hilang ketika semua orang yang menaiki kendaraan, melintas di perempatan lampu merah tersebut melihat kearah aku.

Dari arah samping kiri datang seorang anak bernama Y, dengan disusul oleh temannya bernama A dan B. Wajah mereka lusuh, baju mereka kotor dan berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Mungkin mereka sudah tak mengganti pakaian atau bahkan tak mandi beberapa hari. Tapi satu hal yang membuatku senang bertemu mereka, dari kejauhan mereka tersenyum sambil berteriak memanggilku.

Bergegas tak menunggu lama lagi, aku mengajak ketiganya untuk cepat menunjukkan rumah mereka. Dengan menaiki angkutan umum aku dan ketiga anak tersebut  mulai menikmati perjalanan.

Aku mulai bertanya “A ibu da di rumah gak?”. “gak ada teh kalau jam segini, paling habis magrib baru ada. Teteh ke rumah Y aja dulu, nanti kalau udah buka puasa baru ke rumah saya” jawab A.

“Kalau bapak kemana?” tanyaku kembali.

“Kan Bapak udah kabur teh” jawab A sambil memalingkan muka. Membayangkan hal itu terjadi padaku, mungkin aku tidak akan sekuat dia.

Angkutan yang aku tumpangi berhenti, kami bergegas turun. Perjalanan kami belum sampai karena kami harus berjalan kaki lagi menuju tujuan. Jauh, panas aku rasakan. Sebenarnya ingin mengeluh, tapi melihat anak-anak tersebut terus berjalan sambil bermain-main membuat aku malu sendiri. Apalagi mereka berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Diperjalanan salah satu anak bertanya kepadaku “teteh ko mau ya jalan kayak gini”, aku hanya tersenyum.

Sesampainya di tempat tujuan aku bertemu dengan salah satu ayah dari anak tersebut. Saya menyampaikan maksud bertemu, ayah itu menangis. Ia mengusap air matanya beberapa kali dan mengucapkan terima kasih. Sudah beberapa kali aku melihat orang tua anak jalanan yang menangis, tapi baru kali ini aku melihat tangisan itu tulus apalagi dari seorang ayah yang telah tua renta. Selagi aku membesarkan hati seorang ayah, aku melihat anak-anak yang aku bawa bermain kesenangan menggoda domba kecil yang ada dilapangan. Aku memutuskan untuk cepat pergi, kalau tidak aku pun akan ikut menangis.

Aku berjalan pulang, karena ada satu lagi rumah yang harus aku kunjungi. Kami kembali naik angkutan umum dan berjalan jauh melewati pemakaman.

Jam menunjukkan pukul lima lewat empat puluh menit, kami bergegas pulang. Aku mampir dahulu disebuah warung membeli minuman dan makanan untuk anak-anak tersebut berbuka puasa. Sayang uangku tak cukup banyak untuk membelikan merka  makanan yang lebih enak. Kami duduk dipinggir jalan menunggu adzan magrib.

Setelah berbuka puasa dengan makanan seadanya, kami lekas berjalan lagi untuk naik angkutan umum. Dua anak terpisah dariku, mereka lebih memilih menumpang angkutan umum untuk sampai ke tempat asal mereka. Sedangkan satu orang anak masih menemaniku menempuh perjalanan yang memelahkan. Dia bercerita betapa lelahnya dia, selain dia harus mengumpulkan uang untuk dirinya. Dia juga harus membayar pungutan dari orang dewasa disekitarnya. Komentarku habis, aku cuma bisa tersenyum melihatnya bercerita tanpa beban. Disaat pembicaraan kami mulai asik, anak itu berkata “teteh pasti cape?!”. Oh Tuhan… rasanya aku ingin sekali memeluknya. Kehidupan dia begitu berat, tapi masih sempat berkomentar seperti itu.

Ditengah jalan ia pamit untuk turun dan menumpang angkutan lainnya. Ia membalikkan tubuhnya dan tersenyum, aku hanya melambaikan tangan dan berkata “hati-hati ya!”.

Satu lagi pengalaman yang aku dapat, anak itu mengajarkan sesuatu. Esok cerita apalagi yang aku dapat.